Berinteraksi Bijak Dengan Hiu Paus
Sumber : Tim Whale Shark Indonesia
Kemunculan belasan hiu paus di perairan Botu Barani, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo yang sampai saat ini menjadi salah satu trending topic di media sosial, khususnya dikalangan penyelam serta peneliti marine life. Fenomena kemunculan hiu paus ini tentu saja telah memberi dampak membludaknya wisatawan yang datang untuk menyaksikan langsung atraksi hewan yang merupakan spesies ikan terbesar di dunia yang tercatat hingga saat ini. Panjang total hiu paus dijabarkan oleh Compagno (2001) dapat mencapai 21.4 meter. Uniknya, dengan ukuran yang besar hiu paus hidup sebagai penyaring perairan/filter feeder untuk mendapatkan makanan. Makanan hiu paus umumnya adalah plankton, kril/udang kecill, karang, larva dan telur ikan.
Habitat atau tempat hidup hiu paus adalah perairan laut yang terbentang dari wilayah tropis hingga subtropis (Compagno,2001). Geografis Indonesia yang berada di ekuator sehingga beriklim tropis dengan karakteristik wilayah berupa kepulauan dimana dikelilingi lautan, membuat hiu paus cukup mudah ditemui seperti di Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Talisayan Kalimantan Timur, Probolinggo – Jawa Timur, Pulau Weh Aceh dan yang kini sedang ramai diperbincangkan, Botubarani, Gorontalo.
Tim Whale Shark Indonesia yang telah melakukan penelitian sejak tanggal 12 hingga 30 April 2016 mendata terdapat total 17 Individu jantan telah teridentifikasi, bahkan jumlah ini dapat terus bertambah, Panjang total rata-rata hiu paus berkisar antara 3-7 Meter. Dari panjang total tersebut, hiu paus yang berada di Pantai Botubarani dikategorikan sebagai individu juvenil atau belum dewasa.Tim peneliti melalui media informasi Hiu Pausku, menjelaskan bahwa terdapat beberapa poin penyebab kemunculan belasan hiu paus ini, antara lain (1) tersedianya sumber makanan hiu paus, yang berasal dari buangan Industri pengemasan udang vaname berupa kulit dan kepala udang, yang berlokasi di pesisir pantai Botu Barani, (2) Karakteristik batimetri atau dasar perairan Pantai Botubarani berbentuk lereng yang cukup terjal dengan kisaran kedalaman perairan dekat pantai hanya berkisar 0-4 Meter dan pada daerah perbatasan lereng sekitar 15 meter dari garis pantai, dengan kisaran kedalaman turun hingga 30 Meter lebih. Sehingga pada saat kulit dan kepala udang sisa aktivitas perusahaan yang dibuang ke laut, maka hiu paus akan muncul ke permukaan pada waktu-waktu pembuangan tersebut. Atraksi inilah kemudian yang menyebabkan banyaknya wisatawan datang mengunjungi Desat Botu Barani.
Aktivitas wisata hiu paus di Pantai Botubarani tentu saja sejauh ini telah meningkatkan perekonomian daerah, khususnya bagi masyarakat lokal. Namun beberapa aspek yang berhubungan dengan konservasi tetap perlu untuk diperhatikan demi mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan. Terlebih, hiu paus merupakan spesies yang dilindungi penuh, melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2013. Oleh karena itu, berikut aturan berinteraksi dengan hiu paus, yang telah diinisiasi oleh DKP Provinsi Gorontalo:
- Diberlakukan zonasi khusus dalam pemberian makan yang dibatasi oleh pelampung berbentuk persegi pada perairan.
- Jumlah kapal yang masuk dalam zona pemberian makan tidak lebih dari 5 kapal dengan jumlah antara 3-4 penumpang.
- Pemberian makan hanya dilakukan oleh satu pawang yang telah ditunjuk untuk meminimalisir pemberian berlebih.
- Dilarang menyentuh hiu paus dan menjaga jarak aman antara 3-4 meter terhadap hiu paus untuk menghidari cidera.
- Jumlah wisatawan dengan snorkel dan selam dalam 1 waktu kurang dari 9 orang untuk mengatur keramaian bawah air.
- Tidak diperkenankan menggunakan cahaya kamera – atau flash dikarenakan mata dari hiu paus peka terhadap cahaya.
Beberapa aturan tersebut perlu dilakukan monitoring dan pengawasan dan berkelanjutan agar dapat tetap terlaksana. Terlebih hiu paus di Pantai Botubarani telah sangat terkenal secara berkala agar aktivitas wisata hiu paus yang ramah baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Kesan yang baik perlu diperhaikan dan diciptakan terutama mengenai pengelolaan dan pengaturan wisata dengan tetap menjaga sisi liar dari hiu paus itu sendiri.