Davina – Shock Therapy di Komodo

    Model yang juga duta WWF ini begitu bersemangat ketika menceritakan tentang diving dan kepeduliannya terhadap alam dan binatang. Ia bercita-cita ingin menyelami semua tempat diving di Indonesia.

    Bagaimana awalnya bisa sampai tertarik diving? Siapa yang memperkenalkan?

    Yang ngajak diving pertama kali waktu itu my ex-boyfriend. Pada saat itu kita lagi liburan di Gili Trawangan. Dan saya ingin sekali melihat dunia bawah laut di sana karena saat itu airnya jenih sekali.

    Tempat diving yang paling mengesankan?

    Semuanya mengesankan karena buat aku keindahan alam bawah laut itu luar biasa. And it’s always been like a mental therapy for me every time I go into the ocean…hehe. Tapi yang menurut aku pengalaman paling luar biasa itu adalah waktu diving di Teluk Cendrawasih, Papua, tepatnya di Whale Shark Point. Saya bisa berenang bareng mereka! It was so big! Padahal masih bayi whale shark-nya. Panjangnya kira-kira sekitar 5 meter. Benar-benar luar biasa banget rasanya bisa ketemu dan berenang dekat-dekat mereka. Breathtaking!

    Bagaimana kemarin menyelam di Komodo?

    Pengalaman di Komodo sangat menyenangkan dan memorable. Baru pertama kali aku ke Komodo. Sempet shock therapy karena arusnya kuat sekali, haha. Terakhir kali diving sudah setahun yang lalu di Nusa Penida soalnya. Arus di Komodo unpredictable. But I know I’m with the best team, so I felt safe. Dunia bawah lautnya sangat menakjubkan. Ketemu manta dan penyu. Dan taman bawah lautnya luar biasa indahnya!

    Sebagai pemerhati terhadap satwa-satwa, apakah kamu juga concern dengan konservasi biota laut?

    Pastinya lah! I always concern about two primary life forces exist on this planet: nature and animals. 70% dari total wilayah Indonesia memiliki potensi sumber daya kelautan yang luar biasa hebat. Itu harus dijaga oleh kita semua. Kita harus ingat bahwa sumber (alam) itu langka, eksploitasi berlebihan terhadap bumi harus mulai direm, kalau bisa dihentikan. Kita harus bisa memberikan alam, waktu untuk beregenerasi. Otherwise, generasi di depan nanti tidak akan tersisa apa-apa lagi. Kebanyakan ikan besar telah punah, mereka tidak memiliki waktu untuk berkembang biak. Kita manusia, menghancurkan lingkaran kehidupan yang diberikan pada kita. 3/4 ikan telah punah, hilang atau dalam ancaman kepunahan. Itu semua karena manusia! Rakusnya manusia akan pangan terhadap seafood membuat populasi ikan dan ekosistem laut terganggu.

    Ingin tahu interview lengkapnya?

    (Baca selengkapnya di majalah Scuba Diver AustralAsia Indonesia edisi 2/2015)

    <span class="icon-user"></span>

    Dwi Saptarini

    Facebook comments

    Website comments