Greenpeace Sadarkan Masyarakat untuk Atasi Tantangan Lingkungan

    Jakarta, 27 April 2017. Bertempat di Goethe-Institut Jakarta, Greenpeace memeringati Hari Kartini dan Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 21 dan 22 April yang lalu. Acara peringatan Hari Kartini dan Hari Bumi dilakukan dengan cara mengadakan Diskusi Publik tentang persoalan-persoalan lingkungan Jakarta yang berjudul: Revolusi Jakarta Atasi Tantangan Lingkungan.

    Acara tersebut dibagi menjadi 2 sesi, sesi pertama tentang Urban People Revolution Discussion dan kedua Poetry Night. Pada sesi diskusi, ada 4 pembicara yang terlibat, diantaranya Nur Hidayati (Direktur Eksekutif Walhi), Leonard Simanjuntak (Kepala Greenpeace Indonesia), Ratu Anandhita (aktris dan presenter), dan Isnawa Adji (Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta).

    Pada diskusi tersebut dipaparkan segala problematika lingkungan yang dihadapi kota Jakarta, salah satunya adalah masalah tata ruang Jakarta.  Ada sejumlah area di Jakarta yang telah mengalami perubahan fungsi tata ruang, misalnya berubahnya daerah resapan air menjadi kawasan pemukiman. “Perubahan kawasan resapan air menjadi kawasan pemukiman, terjadi misalnya di daerah Jakarta Utara” ucap Bapak Leo.

    Selain masalah tata ruang, masalah polusi udara maupun polusi tanah turut dibahas dalam diskusi ini. Bapak Leo memaparkan bahwa stasiun pemantauan kualitas udara di Jakarta masih kurang dan belum semua polutan berbahaya dapat diukur oleh alat yang dimiliki pemerintah, selain itu data hasil pengukuran masih sulit diakses.

    Kemudian, bapak Adji, selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup, menuturkan bahwa ada sebanyak 7 ribu ton sampah yang ditanganinya setiap hari. Sampah yang mendominasi adalah sampah plastik (bekas bungkus kemasan berbagai macam produk) dan botol plastik.

    Salah satu peserta diskusi menanyakan, bagaimana mekanisme pengelolaan sampah di Kepulauan Seribu. Bapak Adji menuturkan bahwa telah ada kapal kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup Pemprov DKI Jakarta. Namun, adanya kapal tersebut tidak dapat menghentikan datangnya gelombang sampah dari daratan yang terbawa oleh angin barat ke pulau.

    Adapun pertanyaan dari peserta diskusi lainnya yaitu apakah pemakaian masker yang banyak beredar di pasaran sudah efektif dalam menangkal polusi udara? Bapak Leo menjawab bahwa penggunaan masker tersebut cukup efektif untuk tidak menyebarkan penyakit dari seseorang ke orang lain, namun tidak benar-benar efektif untuk menangkal polusi udara. Perlu masker khusus yang benar-benar mampu menyaring polutan dari udara, misalnya masker N-95. Sedangkan pertanyaan lainnya adalah, apakah Jakarta akan menerapkan Pajak Emisis Karbon, Bapak Leo berpendapat, mungkin suatu saat akan diterapkan, akan tetapi untuk saat ini, isu pajak karbon merupakan hal yang rumit yang memerlukan pengkajian yang lebih mendalam. Namun, tidak menutup kemungkinan, suatu saat nanti Jakarta menerapkan pajak karbon.

    Secara keseluruhan, diskusi tentang lingkungan yang diadakan oleh Greenpeace mampu memberikan gambaran nyata masalah lingkungan Jakarta dan menyadarkan masyarakat bahwa pemerintah telah berupaya nyata dan konsisten dalam menangani masalah lingkungan.

     

    Suasana Diskusi di GoetheHaus, Jakarta

    Bapak Adji, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sedang memberikan materi 

    <span class="icon-user"></span>

    luciakusolo

    Facebook comments

    Website comments