Oceanara UI Gelar Seminar Karir Marine Scientist di Bidang Pariwisata Berkelanjutan

Dengan pencanangan Indonesia sebagai negara maritim, menjadikan bidang kelautan menjadi primadona dalam pembangunan dan tentunya pekerjaan. Namun kiprah peneliti kelautan terutama di bidang pariwisata sangatlah minim, padahal kehadiran mereka di dunia pariwisata terutama wisata bahari mempunyai nilai lebih Karena mereka menguasai sisi ilmu pengetahuannya dibandingkan ketrampilan teknis semata.
Untuk itu Oceanara, komunitas yang peduli di bidang kelautan mengajak kalangan mahasiswa untuk berdiskusi dalam seminar yang bertajuk “ Kesempatan Karir Marine Sciene Dalam Pembangunan Pariwisata Bahari Berkelanjutan”. Seminar diadakan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, pada hari Sabtu, 14 Maret 2020.
Ada 3 pembicara yang hadir dalam seminar ini. Pertama adalah Dr. Jilmi Astina Anif S.Kom M.M, seorang Underwater Photographer, penulis buku seputar wisata menyelam, instruktur selam dan pemilik Photodivetrip. Kedua adalah Dr.(cand) Ariel Yudo Wibowo S.Kom, S.Sos, M.M juga seorang underwater photographer, instruktur selam dan penulis buku dan pemimpin redaksi majalah Scuba Diver Australasia Indonesia . Ketiga adalah Dharmawan Ahmad Mukharror S.T M.Si, Ilmuwan, pemilik Shark Diving Indonesia yang beroperasi di Pulau Morotai.
Firli Rahman Hakim S.Si , moderator yang juga duduk sebagai coordinator Oceanara menjelaskan bahwa Oceanara ingin membangun kesadaran dan wawasan kepada teman-teman mahasiswa akan peluang karir di bidang wisata bahari bagi para lulusan marine sciene melalui seminar ini.
“ Oceanara ingin ikut terlibat dalam pembangunan maritim Indonesia dengan fokus pada pembangunan laut yang berkelanjutan termasuk di dalamnya, pariwisata, konservasi dan pengembangan SDM, “ kata Firli menjelaskan.
Ketiga nara sumber menyajikan materi seminar seputar peran marine scientist dalam bidang pariwisata berkelanjutan. Jilmi Astina Anif yang mengambi gelar Doktornya dengan disertasi tentang kinerja bisnis operator selam , menyajikan presentasi dengan judul “ Peran Marine Scientist dalam Wisata Selam yang Berkelanjutan”.
Dalam penjelasannya, sosok wanita berhijab ini menjelaskan bahwa lingkungan industri wisata selam sangat luas termasuk turunan di dalamnya. Berbagai peran atau profesi dapat dipilih, mulai dari skala pribadi hingga perusahaan. Mulai dari boat charter, dive center, dive resort, dive master, dive shop, independent seller, instructor, live aboard, manufacture, media, resort association, retail association, trade association, hingga training association.
Indonesia yang terletak di kawasan segi tiga terumbu karang dunia ( Coral Triangle), kaya akan destinasi wisata selam sehingga mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan usaha wisata selam dan menarik investor.
Namun hal itu perlu didukung oleh banyak pihak mulai dari pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha dan masyarakat agar dapat menjadi pariwisata yang berkelanjutan.
Tinggal bagaimana para marine scientist untuk mengambil tempat untuk terlibat dalam bidang wisata selam di Indonesia. Jilmi Astina memberikan tips-tipsnya, yaitu pertama Go-Pro, jadilah professional di bidangnya, dive master hingga pemilik dive center yang professional. Kedua, go pro juga bisa didukung dengan peningkatan kompetensi di luar bidang akademis, seperti bahasa asing, fotografi atau videografi , teknologi dan pemasaran, manajemen bisnis dan lainnya. Ketiga , mengembangkan keahlian spesialisasi, seperti ahli dalam bidang terumbu karang, hiu, paus dan sebagainya. Keempat, memperkuat diferensiasi layanan, jika mempunyai dive center atau dive resort. Kelima memperkuat content agar branding secara perusahaan atau personal semakin kuat. Keenam, memperkuat jaringan kerja dari dengan berbagai pihak, baik dari skala lokal, nasional maupun luar negeri.
Pembicara kedua dan ketiga, Ariel Yudo WIbowo dan Dharmawan Ahmad Mukharror lebih mejelaskan dari sisi profesi masing-masing. Arief Yudo, pemimpin redaksi majalah Scuba Diver Australasia Indonesia menjelaskan peran marine scientist dalam media dalam presentasinya yang berjudul “ Sinergi Ahli Kelautan dan Media untuk Pariwisata Selam yang Berkelanjutan”.
Menurut beberapa sumber pada tahun 2014, wisatawan mancanegara yang datang, 35 % berminat pada wisata alam . Dan dari 35 % wisatawan tersebut, 35 %nya menyukai wisata bahari. Dari total wisatawan bahari, 60% menyukai wilayah pantai, 25 % wilayah laut dan 15 % menyukai bawah laut. Belum terhitung wisatawan Nusantara yang jumlah peminat wisata bahari juga terus bertambah.
Melalui media, para ahli kelautan dapat menyuarakan kepentingannya untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan kepada wisatawan bahari yang banyak jumlahnya. Saluran media pun bisa banyak macam, baik itu majalah, media daring, surat kabar, jurnal, televisi dan masih banyak lagi.
Dharmawan A. Mukharror yang biasa disapa mas Garonk ini menjelaskan bahwa dalam penelitian terbarunya, jumlah marine scientist yang bekerja di bidang wisata bahari khususnya selam masih sangat sedikit. Melalui presentasinya yang berjudul “ Marine Sciene, Marine Scientist and Diving Industry”.Dharmawan menyatakan dari hasil penelitiannya, bahwa 8,8% dari kalangan pelaku industry diving adalah lulusan marine scientist. Namun sayangnya hanya 1,8 % lulusan marine scientist yang bekerja di industri selam. Artinya, di lahan pekerjaan yang seharusnya didominasi oleh lulusan peneliti kelautan ternyata sangat sedikit dari mereka yang terlibat.
Padahal lanjut Dharmawan, banyak tokoh-tokoh peneliti laut dunia yang tidak semua memiliki latar belakang akademis. Contohnya : Jacques Cousteau dari Perancis, Sylvia Earle dari Amerika Serikat, Paul Allen dari Amerika Serikat, Sir David Attenborough dari Inggris, bahkan Leonardo Decaprio aktor Holywood.
Jadi diharapkan lebih banyak lulusan di bidang kelautan dapat terlibat di bidang pekerjaan sesuai kemampuan akademisnya, termasuk di dalamnya bidang pariwisata.
Salah satu kendala dalam meraih sertifikasi ketrampilan di bidang kelautan, khususnya selam, adalah dana. Untuk itu Jilmi Astina Anif memberikan tipsnya untuk mahasisiwa yang ingin mempunyai keahlian teknis di bidang wisata bahari khususnya bawah laut. “ dengan bekal pengetahuan akademis di bidangnya, para mahasiswa dapat meraih keterampilan dengan mengajukan program magang di perusahaan operator selam atau dive center. “ Mulailah karir dari bawah, baik itu menjadi crew atau asisten instruktur. Dengan bekal latar belakang akademis, maka kalian punya sesatu yang bisa diandalkan, sehingga seiring dengan karir yang menanjak nanti, makin banyak keterampilan yang akan dikuasai, “ ujarnya.
Selain dihadiri oleh sekitar 50-an peserta seminar dari kalangan mahasiswa, S1 dan S2 dari beberapa perguruan tinggi di Jabodetabek dan komunitas, seminar ini juga dihadiri oleh Dr. Rer.Nat.Yasman. S.Si M.Si, salah satu staff pengajar di FMIPA, UI.
( Tulisan ini dibuat saat BNPB baru menyampaikan adanya 96 kasus positif Covid-19 di Indonesia – red )