Oclean Indonesia: Seruan Cinta Laut Dari Ujung Kulon

    Taman Nasional (TN) Ujung Kulon, Jawa Barat, memiliki banyak diving spot yang indah dan memacu adrenalin. Kawasan cagar alam ini juga merupakan habitat bagi ikan duyung atau dugong yang sudah tergolong langka.

    Tapi sayang, pasir putih dan laut TN Ujung Kulon yang cantik kini banyak dicemari sampah plastik. Sampah-sampah itu terbawa hanyut dari perkotaan dan menggunduk di tepian pantai pulau-pulau terpencil. Terumbu karang di sebagian wilayahnya pun rusak karena sering terhantam jangkar perahu nelayan.

     

    Gundukan sampah plastik yang terbawa hanyut dari daratan dan terdampar di pulau-pulau di kawasan TN Ujung Kulon.
    (Foto: Oclean Indonesia)

     

    Masalah-masalah itulah yang berusaha direspon oleh Oclean Indonesia, sebuah komunitas yang aktif membuat gerakan peduli lingkungan berbasis ecotourism di kawasan Ujung Kulon.

     

    Kampanye Cinta Laut Lewat Pariwisata

    Oclean Indonesia berawal dari inisiatif Ricky Santino, seorang koki profesional yang pernah menjelajah samudra Pasifik dan telah menginjakkan kakinya di berbagai benua. Suatu hari sepulang berlayar dari Antartika, Ricky kembali ke Indonesia dan bermain selancar di kawasan Carita, Banten. Di sanalah pertama kalinya ia menyadari betapa pantai-pantai Ujung Kulon berada dalam kondisi yang memprihatinkan.

    Gue surfing bareng teman dari luar Indonesia. Mereka bilang ini tempat keren banget, tapi kenapa banyak sampahnya? Dari situ gue terdorong untuk bikin Oclean Indonesia,” cerita Ricky.

    Sejak saat itu, tepatnya tahun 2017, Ricky pun mulai rutin mengajak teman-temannya untuk melakukan “wisata peduli lingkungan” ke kawasan TN Ujung Kulon.

     

    Ricky Santino, koki pecinta laut yang menggagas gerakan Oclean Indonesia.
    (Foto: Oclean Indonesia)

     

    Sebelum mulai melakukan hiking, snorkeling, surfing, freediving, ataupun spearfishing, Ricky selalu membawa rombongannya untuk melihat langsung realita pencemaran sampah yang ada di TN Ujung Kulon. Ricky juga lantas mengajak mereka untuk melakukan aksi bersih-bersih pantai di sana. Hasilnya, hanya dalam waktu 1 – 2 jam saja Ricky dan kawan-kawannya bisa mengumpulkan hingga berkarung-karung sampah.

     

     

     

    Aksi bersih-bersih pantai Oclean Indonesia di Pulau Panaitan, TN Ujung Kulon.
    (Foto: Oclean Indonesia)

     

    Di tahun 2017 Ricky bersama Oclean Indonesia melakukan aksi beach clean-up ini setiap sebulan sekali. Namun mulai awal tahun 2018 kemarin, intensitasnya sudah meningkat sampai hampir seminggu sekali.

    Menurut keterangan Jauhari, kepala ranger di Resort Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Legon Bajo, Pulau Panaitan, sampah-sampah “kiriman” itu selalu datang dalam jumlah besar setiap tiga sampai enam bulan sekali ke pulau-pulau di kawasan TN Ujung Kulon. Seandainya tidak ada upaya pembersihan rutin, mungkin kawasan TN Ujung Kulon akan benar-benar terlihat seperti tempat pembuangan sampah akhir ketimbang kawasan cagar alam.

    “Sampai sekarang kita memang masih dalam tahap raising awareness. Jadi gue selalu ajak teman-teman untuk trip ke Ujung Kulon dan bersih-bersih di sana. It’s small things, but small actions matter,” tegas Ricky.

    Di samping melakukan aksi beach clean-up, saat ini Ricky juga tengah berencana mengembangkan kegiatan Oclean Indonesia hingga ke ranah waste management.

    Gue lagi berencana crowdfunding untuk bikin retreat di Carita. Kebetulan sekarang gue punya tanah di situ. Retreat itu nanti akan dibuat jadi tempat waste management supaya Oclean Indonesia bisa mengolah sampah sendiri,” jelas Ricky.

    Salah satu ide awalnya, Ricky berniat mendaur ulang sampah hasil beach clean-up  menjadi mooring anchor. Ide ini muncul karena ada banyak karang di kawasan TN Ujung Kulon yang rusak akibat lemparan jangkar perahu nelayan. Dengan adanya mooring anchor nanti, Ricky berharap bisa mencegah agar insiden semacam itu tidak terulang lagi.

     

    Wisata Selam di TN Ujung Kulon Belum Terkelola Maksimal

    Berbagai aksi dan kampanye yang dilakukan Oclean Indonesia pada akhirnya bertujuan untuk merawat kelestarian lingkungan sekaligus mengembangkan ecotourism di TN Ujung Kulon. Dan memang, TN Ujung Kulon merupakan kawasan yang sangat potensial untuk wisata bahari mulai dari surfing, snorkeling, spearfishing, sampai diving.

    TN Ujung Kulon memiliki banyak titik selam yang menawarkan beragam atraksi mulai dari table coral, sea fan, anemonpenyu, berbagai jenis ikan terumbu, barracuda, sampai beberapa spesies hiu karang.

    Titik selam di kawasan ini umumnya memiliki bentukan drop-off  dan sandy bottom dengan kedalaman sekitar 10 – 30 meter. Jarak pandang bisa mencapai 20 meter dan di sejumlah titik arusnya cukup kencang hingga cocok untuk drift diving.

    Di perairan Kepulauan Krakatau kita bisa menyelam sambil mengamati bebatuan vulkanis besar sisa letusan Gunung Krakatau. Dan di Pulau Panaitan terdapat pula situs shipwreck diving yang menyimpan bangkai kapal kargo berumur lebih dari seratus tahun.

    Namun demikian, menurut Ricky wisata selam di TN Ujung Kulon belum terkelola secara maksimal. “Diving di Ujung Kulon ini masih agak susah karena alat-alatnya harus bawa dari Carita. Setahu gue juga ada dive operator di sini yang baru gulung tikar. Pamornya (Ujung Kulon) masih kalah sama tempat diving di Indonesia Timur. Tapi ini mungkin karena belum dikelola dan belum ada marketing yang bagus aja,” ujarnya. 

    Info lebih lanjut tentang Oclean Indonesia bisa dilihat di Oclean Indonesia Facebook Page.

     

     

    <span class="icon-user"></span>

    Adi Ahdiat

    Facebook comments

    Website comments