The Ocean Cleanup: Siap Bersihkan Samudra Pasifik!

    Boyan Slat, sang penggagas The Ocean Cleanup.
    (Foto: Yuri van Geneen/The Ocean Cleanup)

     

    Saat berusia 16 tahun, dalam sebuah penyelaman di perairan Yunani, Boyan Slat menjumpai kenyataan pahit. Lautan yang ia cintai ternyata sudah banyak tercemar sampah plastik. Ia bahkan mendapat kesan bahwa jumlah kantung plastik di sana lebih banyak daripada ikan.

    Sepulang dari situ, ia pun menghabiskan waktu bertahun-tahun mencari solusi untuk membersihkan laut dari kontaminasi sampah.

    Dan sekarang, di usianya yang ke-23, solusi tersebut sudah hampir rampung. Sebentar lagi Boyan Slat dan proyek sainsnya yang bernama “The Ocean Cleanup” siap membersihkan Samudra Pasifik!

     

    Masalah Sampah Pasifik

    Setiap tahun ada sekitar 8 juta ton sampah yang memasuki lautan. Sampah-sampah ini terbawa arus dari kawasan pesisir ke laut lepas, terakumulasi di berbagai wilayah samudra, terdegradasi menjadi mikroplastik, kemudian menjadi ancaman serius bagi berbagai jenis organisme mulai dari ikan kecil, penyu, paus, sampai manusia.

     

    Sampel sampah yang terdapat di zona Pasific Trash Vortex.
    (Foto: The Ocean Cleanup).

     

    Titik konsentrasi sampah terbesar ditemukan di Samudra Pasifik, yang kemudian disebut sebagai Pacific Trash Vortex atau Pusaran Sampah Pasifik. Kawasan ini demikian luas, sehingga menurut NOAA untuk membersihkan 1 persennya saja dibutuhkan 67 unit kapal penjaring sampah yang beroperasi selama satu tahun penuh.

    Di samping memakan banyak tenaga manusia, metode “menjaring sampah dengan kapal” ini sangat menguras waktu, bahan bakar, serta membutuhkan modal yang luar biasa besar (diperkirakan hingga miliaran dolar). Karena itu, meski masalahnya sudah disadari sejak lama, sampai sekarang upaya pembersihan sampah Pasifik tidak pernah kunjung terlaksana.

    Tapi sekarang jalan buntu itu sudah berhasil didobrak. Berkat gagasan jenius Boyan Slat, usaha pembersihan Samudra Pasifik secara besar-besaran akhirnya bisa terwujud dengan cara yang ekonomis, hemat waktu, efisien, sekaligus ramah lingkungan.

     

    “Vacuum Cleaner” Raksasa

    The Ocean Cleanup adalah proyek ambisius yang digagas Boyan Slat sejak tahun 2013, sejak ia masih berusia 18 tahun. Dalam proyek ini, Boyan Slat merancang teknologi baru berupa sistem palang terapung (floating barrier) yang bisa menghimpun sampah-sampah laut secara otomatis.

     

    Pipa-pipa North Sea Prototype yang akan dirangkai menjadi sistem palang terapung (floating barrier).
    (Foto: The Ocean Cleanup)

     

    Floating barrier ini bergerak dengan memanfaatkan energi angin dan arus laut. Sistemnya juga dirancang sedemikian rupa agar bisa mengikuti pergerakan sampah plastik di samudra, kemudian menghimpun sampah-sampah tersebut di bagian dalam cekungannya.
    (Foto: The Ocean Cleanup)

     

    Demi mewujudkan proyek The Ocean Cleanup, Boyan Slat melakukan penggalangan dana selama bertahun-tahun. Dan ternyata respon publik luar biasa positif. Sejak tahun 2013 sampai sekarang, Boyan Slat telah berhasil mengumpulkan donasi hingga sekitar US$ 31,5 juta dari berbagai pihak. The Ocean Cleanup pun berkembang dari sekedar proyek pribadi menjadi yayasan internasional resmi yang berkantor pusat di Delft, Belanda. Sampai saat ini The Ocean Cleanup sudah mampu mempekerjakan sekitar 65 orang peneliti profesional.

    Selama beberapa tahun belakangan The Ocean Cleanup telah melakukan sejumlah ekspedisi riset dan uji coba lapangan. Tahun 2016 mereka memasang floating barrier sepanjang 100 meter di kawasan Samudra Pasifik Utara. Akhir tahun 2017 ini mereka akan mengetes prototype-nya di kawasan Pantai Barat Amerika. Dan tahun 2018 mendatang, The Ocean Cleanup akan mulai dioperasikan di kawasan Pacific Trash Vortex.

    Menurut model perhitungan komputer, The Ocean Cleanup diproyeksikan mampu membersihkan sekitar 50% Sampah Pasifik hanya dalam waktu 5 tahun.

     

    Bisnis Daur Ulang

    Di samping membuat teknologi pengumpul sampah laut, The Ocean Cleanup juga mengembangkan skema bisnis daur ulang untuk jangka panjang. Hal ini sempat diungkapkan Boyan Slat dalam sebuah wawancara dengan Nordic Business Forum pada Oktober 2017 lalu.

    “Setelah kami mengambil sampah plastik, kami akan mencucinya, memotongnya dan mengurutkannya menjadi beberapa jenis polimer berbeda. Dengan cara itu kami akan mendapatkan bahan berkualitas tinggi. Anda bisa menggunakannya untuk membuat dasbor mobil atau kursi, misalnya. Ini akan menghasilkan barang produksi yang mengandung nilai emosional tersendiri. Kami pikir ini akan membuat operasi (The Ocean Cleanup) terus berjalan dan berkelanjutan,” ujarnya.

    Info lebih jauh tentang Boyan Slat dan mega-proyeknya bisa ditelusuri di www.theoceancleanup.com.

     

     

    (Foto: The Ocean Cleanup)

    <span class="icon-user"></span>

    Adi Ahdiat

    Facebook comments

    Website comments