“Dunia Yang Hilang”

    Ada begitu banyak benda peninggalan manusia yang hilang, lalu ditemukan lagi di dasar lautan. Datang dari masa lalu, benda-benda itu seolah mengingatkan bahwa kita hanya sebuah titik dalam lukisan sejarah yang amat luas.

    Dari puing-puing berusia ribuan tahun, kita belajar bahwa dulu pernah ada peradaban yang sangat maju. Dari puing-puing itu juga kita belajar bahwa: peradaban paling besar dan kuat sekalipun pada akhirnya bisa jatuh, mati dan tenggelam.

    Inilah drama besar manusia. Dalam babak demi babak sejarah, manusia beradegan, memainkan aksi dan meninggalkan berbagai jejak nyata. Di suatu tempat, jejak itu mungkin memiliki rupa yang sangat indah, seperti patung perunggu Madonna del Mare yang tenggelam di perairan Italia. Namun di tempat lain, jejak itu bisa jadi dipenuhi aroma kekerasan dan tragedi, seperti yang terlihat pada bangkai-bangkai kapal dari Perang Dunia II.

    Di tengah situasi ini diving pun menjadi kegiatan penting. Bukan hanya bernilai rekreasional saja, diving juga bisa menjadi sarana untuk mengungkap berbagai kisah sejarah yang tersembunyi di bawah gulungan ombak.

    Namun, seindah atau seburuk apapun kisah yang kita temukan di bawah sana, masa lalu tetaplah masa lalu. Pertanyaan yang penting dijawab sekarang adalah: kisah macam apa yang akan kita wariskan untuk masa depan? Kisah tentang laut yang indah dan lestari, atau kisah tentang laut yang rusak dan mati?

    Simak juga pesona sejumlah titik selam tak bernama di perairan Walea Besar dan Natuna. Keindahan bawah laut semacam itu yang harus kita wariskan untuk masa depan nanti.

    Ikuti petualangan para diver dalam mengungkap “dunia yang hilang” di Scuba Diver AustralAsia Indonesia Edisi 3/2017 (e-magazine).

    <span class="icon-user"></span>

    Adi Ahdiat

    Facebook comments

    Website comments