Bersapa di Rumah Telur Penyu

    (Foto: Hendro Hioe, Arief Yudo Wibowo, Hendra Tan
    Teks; Arief Yudo Wibowo – SDAAI 6/2014)

     

    Di bawah hamparan pasir putihnya, tersimpan puluhan ribu telur penyu yang siap menetas. Mari berkunjung ke rumah konsevasi penyu hijau dan penyu sisik.

     

    Pulau Samar Gelap atau yang lebih dikenal dengan Samber Gelap ini terletak di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Pulau ini merupakan salah satu tempat singgah dan tempat bertelur para penyu. Pada 22 November 2014 lalu saya berkesempatan datang ke tempat ini untuk mengeksplor keindahan bawah laut dan melihat konservasi penyu di sana.

    Pesawat Garuda Indonesia yang mengantarkan saya tiba di Banjarmasin pukul 9:00 pagi waktu setempat. Inilah langkah pertama saya menuju Pulau Samber Gelap. Dari situ perjalanan pun diteruskan menggunakan pesawat Wings Air menuju Kotabaru bumi Sai Jaan selama 30 menit. Setibanya di Bandar Udara Gusti Syamsir Alam yang terletak di Stagen, Pulau Laut Utara, Kotabaru, Kalimantan Selatan, saya pun menginap semalam sebelum akhirnya keesokan harinya pergi mengunjungi Pulau Samber Gelap.

    Pagi yang dinanti pun tiba. Dengan menggunakan kapal speedboat, saya bersama rombongan Pemerintah Daerah Kabupaten setempat pergi menuju Samber Gelap. Pulauini begitu merangsang hasrat bertualang. Di tengah lautan biru nan indah, disitu berdiri kokoh pulau yang terdengar agak seram namanya ini. Sesampainya di sana saya disuguhi pantai yang begitu indah dan bangunan resor pribadi yang tampak seperti aula pertemuan. Tidak tergesa untuk turun karena saat itu permukaan air sedang surut dan jarak ke pantai ada sekitar 30 meter. Ke depannya nanti jetty akan dibangun untuk memudahkan akses ke pulau ini.

     

    EKSPLORASI BAWAH LAUT 

    Pulau ini pada dasarnya memang tak berpenghuni. Penghuni asli pulau ini adalah penyu hijau dan sisik yang datang secara periodik untuk bertelur. Pantai di pulau itu masih terbebas dari sampah, dan ketika malam tiba langit yang bertaburan bintang meningkatkan antusiasme para fotografer untuk menangkap rotasi bintang di langit. Dan barulah di sore harinya, kami berkesempatan menyelam di salah satu titik yang belum dinamai di sebelah timur pulau ini.

    Pemandangan alam bawah laut Samber Gelap pada saat itu sedang terbatas karena visibility hanya sekitar 5 – 10 meter. Meski begitu, alam bawah lautnya lumayan menarik. Di beberapa titik penyelaman terdapat banyak ikan mulai dari butterfly fish, barramundi, snapper, jackfish dan beberapa ikan karang kecil serta anemone fish. Kontur karang yang landai dengan kombinasi koloni karang rapat dan hamparan berpasir yang memilki brain coral dan barrel sponge yang berukuran besar.

    Di bagian depan Pulau Samber Gelap yang menghadap ke selatan terdapat pula hamparan coral dengan kedalaman rata-rata 60 cm ketika air surut. Cantik sekali tetapi tidak dianjurkan untuk menjadi tempat berenang atau snorkeling terutama untuk para pemula. Ikan seperti kerapu juga banyak sekali terlihat dan rata-rata berukuran cukup besar. Baramundi serta lody sangat mudah ditemukan. Butterfly fish dan ikan berwarna-warni lainnya juga banyak ditemui di antara karang-karang tanduk. Begitu pun lobster berukuran besar, mudah ditemukan di kedalaman 5 – 10 meter. Lokasi tersebut lah yang menjadi target penyelaman saya di hari kedua.

    Enam kali penyelaman sudah cukup bagi saya untuk menyaksikan keindahan alam bawah laut Pulau Samber Gelap. Akan tetapi, keindahan sejati pulau ini menurut saya adalah ketika saya menyaksikan bagaimana penyu besar bertelur dan melihat langsung tukik yang telah cukup usia berjalan perlahan menuju laut.

     

    KONSERVASI PENYU

    Inilah potensi sebenarnya dari Pulau Samber Gelap, sebuah kekayaan yang tak ternilai harganya. Samber Gelap memang telah dikenal sebagai lokasi konservasi penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata), yang notabene telah dicatat dalam Red Data Book – IUCN (Intemational Union For Conservation of Nature and Natural Resources) sebagai spesies yang terancam punah. Semua jenis penyu juga telah dicantumkan dalam appendix I-CITES (Convention on Intemational Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora).

     

    Kisah lengkapnya bisa dilihat di Scuba Diver AustralAsia Indonesia Edisi 6/2014 (e-magazine).

    <span class="icon-user"></span>

    scubadiver

    Scuba Diver Indonesia adalah majalah selam internasional paling terkemuka di dunia.

    Facebook comments

    Website comments