Konservasi Kolaborasi di Kimbe

    Oleh Justin Gilligan

     

    Gugusan terumbu karang di Teluk Kimbe di Papua Nugini tak dapat disangkal memanglah spektakuler sehingga telah mendorong banyak komunitas lokal, kelompok konservasi, peneliti, penyelam serta pemilik resor selam untuk melakukan aksi pelestarian.

     

    Teluk Kimbe tiga sisinya dikelilingi oleh hutan lebat, gunung-gunung merapi yang menjulang dari Pasifik di pantai Utara Pulau New Britain. Teluk tersebut merupakan pemandangan yang indah berlatar langit biru dan perairan biru tenang yang dihiasi oleh beragam terumbu karang yang menambah sempurna kecantikannya.

    “Arah menghadap maupun bentuk semenanjung yang menjulur ke luar dari sisi Barat teluk memberikan perlindungan bagi perairan teluk dari cuaca dan angin hujan yang terburuk sekalipun,” jelas Cheyne Benjamin dari Walindi Plantation Resort. “Hal ini membuat terumbu karang di sana tumbuh besar dan subur, seperti kipas laut yang tumbuh di perairan dangkal dan terumbu karang berwarna terang yang tumbuh hingga ke permukaan air.”

    Gunung-gunung bawah laut dan puncak karang muncul hingga ke permukaan laut di bagian teluk yang dalam juga berfungsi sebagai oasis tersembunyi bagi penghuni terumbu karang dan sekelompok besar ikan pelagis seperti barakuda dan ikan selar.

    Berada di pusat segitiga terumbu karang, keragaman dan kerapatan terumbu karang di area ini memang mengagumkan. Melihat Teluk Kimbe dari perspektif biologi secara global, perairan Teluk Kimbe menjadi rumah bagi 76 persen spesies terumbu karang dunia dan sekitar lima persen dari keseluruhan keragaman hayati dunia. Teluk Kimbe merupakan sebuah lokasi yang ditemukan secara tak sengaja oleh sepasang pengusaha perkebunan kelapa sawit asal Australia.

    Demi menjaga keberlangsungan terumbu karang, Walindi Plantation Resort memfasilitasi pembangunan Pusat Pendidikan dan Penelitian Mahonia Na Dari (“penjaga laut” dalam bahasa lokal Bakovi). Tujuan utamanya adalah untuk mengedukasi komunitas setempat agar memahami dan menghargai kekayaan terumbu karang Teluk Kimbe sehingga mereka akan tergerak untuk melestarikannya.

    Mahonia Na Dari berlanjut menjadi sebuah model konservasi, aksi komunitas, dan pengembangan berkelanjutan. Para staf dan anggotanya bekerjasama dalam sekolah-sekolah setempat, penduduk pesisir, dan ilmuwan kelautan untuk lebih memperoleh pemahaman terhadap lingkungan bawah laut yang unik di Teluk Kimbe.

    “Sebelum Walindi Plantation Resort didirikan, desa-desa setempat tidak mengenal konsep konservasi kelautan apalagi kesadaran akan pentingnya terumbu karang secara umum,” jelas Cheyne. “Hampir seluruh penduduk lokal saat ini sudah memahami mengapa terumbu karang harus tetap hidup dan saya menyaksikan banyak anak-anak menyelesaikan kursus mereka kemudian menjadi guru dan membawa murid-murid mereka untuk kembali mengikuti kursus. Jadi, kami benar-benar telah menjadi nada yang berpadu di dalam komunitas lokal.

     

    Bagaimana budaya konservasi itu bisa tumbuh di masyarakat?

     

    (Baca selengkapnya di majalah Scuba Diver AustralAsia Indonesia edisi 2/2015)

    <span class="icon-user"></span>

    scubadiver

    Scuba Diver Indonesia adalah majalah selam internasional paling terkemuka di dunia.

    Facebook comments

    Website comments