Terumbu Karang di Tepi Dunia
Teks & Foto oleh Dr. Richard Smith
“Kemegahan bawah laut Kepulauan Solomon, di mana perairannya menjadi tuan rumah bagi bangkai kapal sisa Perang Dunia II, buaya, serta tumpahan critter berwarna-warni”
Saya merasakan gemuruh menjalar ke setiap organ tubuh bagaikan sedang berdiri di samping sebuah pengeras suara raksasa di klub malam. Walaupun berada bermil-mil jauhnya, getaran kuat dari erupsi gunung berapi bawah laut mengirimkan gelombang kejut hingga ke terumbu karang tempat saya menyelam. Beberapa ikan bergegas mencari perlindungan, sementara yang lain tampak sudah terbiasa dengan gumaman tektonik ini. Selama dua minggu ke depan kami akan mengalami banyak hal seperti ini, sebagai pengingat bahwa kami sedang berada di negeri yang terlupakan oleh waktu.
Solomon terletak di sebelah timur Papua Nugini, di mana setengah juta penduduk mendiami wilayah yang luasnya 40 kali Singapura. Secara ekonomi kepulauan ini OCEANIA adalah salah satu yang termiskin di Pasifik, namun segala kekurangan finansial tersebut ditebus dengan kekayaan alamnya. Kepulauan Solomon termasuk salah satu dari enam negara “Coral Triangle” dengan keanekaragaman hayati terumbu karang terbesar di dunia.
Kepulauan ini telah mengalami masa-masa sulit. Mereka memainkan peran penting pada masa Perang Dunia II, yang kemudian membawa pertempuran sengit dan kerusakan dari negara jauh. Pada akhir abad lalu, konflik sipil mengancam negeri ini ke ambang kehancuran, dan tahun lalu angin topan dan gempa bumi mengguncang bumi pertiwi. Namun, walaupun dihadapkan pada berbagai kesulitan, Kepulauan Pasifik yang terlupakan ini adalah rumah bagi orang-orang yang ceria, dan laut mereka berkembang dalam alam liar yang tak terjamah.
TERJUN KE HARTA KARUN
Untuk benar-benar memahami keberagaman budaya, panorama, dan kehidupan laut di gugusan pulau tersebut, saya memutuskan untuk bergabung dengan Bilikiki, yang bersama dengan sister ship-nya Spirit of Solomons, telah menjelajahi rangkaian pulau ini sejak tahun 1989. Bertolak dari Ibukota, Honiara, awalnya kami berangkat menuju Kepulauan Florida, di mana kami menemukan campuran hewan dan megafauna. Schooling bigeye trevally, beberapa spesies hiu dan reef manta merupakan highlight bagi para pemburu sensasi mahluk raksasa.
Ketika saya lebih memilih berburu penghuni terumbu yang lebih kecil, saya tidak dikecewakan dengan munculnya halimeda ghost pipefish, beragam nudibranch, pygmy seahorse Bargibant dan hairy squat lobster. Keanekaragaman harta karun ini benar-benar mempertegas lokasi Kepulauan Solomon di dalam Coral Triangle yang legendaris itu. Bergerak terlalu jauh ke timur, Selatan atau Utara berarti juga penurunan yang drastis dari keanekaragaman spesiesnya.
Saat hendak keluar dari salah satu situs, tiba-tiba saya melihat sesuatu yang berwarna pink menyeruak ke permukaan, jadi kami menahan mesin tender dan menunggu. Kurang lebih satu menit kemudian, hewan itu kembali memecah permukaan, namun kali ini berdampingan dengan mahluk yang jauh lebih besar. Keduanya menyemburkan nafas mereka tinggi ke udara.
Bagaimana kisah selanjutnya Dr. Richard Smith menyelami perairan Solomon?
(Baca selengkapnya di majalah Scuba Diver AustralAsia Indonesia edisi 3/2015)